Opini : Ketahanan Pangan Banten di Persimpangan Jalan

Penulis : Muhamad Ilham Al Mubarok.
Selasa 08 April 2025 | 23:20
Editor : SinaraBanten.
BANTEN, SINARABANTEN.COM – Ketahanan pangan di Banten ibarat rumah tua yang terus ditambal, tetapi fondasinya tak kunjung diperbaiki. Setiap tahun, kita disuguhi laporan tentang produksi beras yang fluktuatif, kelangkaan bahan pokok di pasar tradisional, dan ketergantungan yang semakin tinggi pada pasokan dari luar daerah. Padahal, sebagai wilayah dengan potensi pertanian, perikanan, dan perkebunan yang melimpah, Banten seharusnya mampu menjadi salah satu lumbung pangan nasional.
Fakta bahwa Kecamatan Ciomas di Kabupaten Serang dinobatkan sebagai wilayah paling rawan pangan di Banten hanyalah puncak dari gunung es masalah yang lebih besar. Kerentanan ini bukan sekadar persoalan kekeringan atau kegagalan panen, melainkan buah dari kebijakan yang tidak berpihak pada petani dan nelayan lokal. Alih-alih memperkuat sistem produksi pangan, kita justru terjebak dalam siklus pendekatan reaktif: bantuan darurat ketika harga melonjak, operasi pasar ketika stok menipis, dan proyek-proyek jangka pendek yang tidak menyentuh akar permasalahan.
Sektor pertanian di Banten menghadapi tantangan multidimensi. Di satu sisi, alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi kawasan industri dan permukiman terus terjadi tanpa kendali yang ketat. Di sisi lain, petani dan nelayan kecil kesulitan mengakses teknologi modern, pembiayaan, dan pasar yang adil. Hasilnya, produktivitas stagnan, generasi muda enggan melanjutkan usaha tani, dan ketergantungan pada impor pangan semakin dalam.
Ironisnya, Banten sebenarnya memiliki semua elemen untuk membangun ketahanan pangan yang mandiri. Dari sawah-sawah subur di Serang, tambak udang dan bandeng di Pandeglang, hingga perkebunan kelapa dan pisang di Lebak—semua potensi ini bisa menjadi tulang punggung kedaulatan pangan jika dikelola dengan visi jangka panjang. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: kebijakan yang terfragmentasi, program yang tidak berkelanjutan, dan anggaran yang lebih banyak terserap untuk proyek-proyek seremonial ketimbang pembangunan infrastruktur dasar seperti irigasi, gudang pangan, dan jalan produksi.
Di tengah ancaman krisis pangan global yang semakin nyata, Banten tidak bisa lagi bergantung pada solusi-solusi temporer. Saatnya pemerintah daerah dan pusat bersinergi membangun strategi yang holistik: mulai dari perlindungan lahan pertanian, pemberdayaan petani melalui teknologi tepat guna, hingga penguatan rantai pasok lokal agar hasil bumi Banten bisa dinikmati oleh masyarakatnya sendiri dengan harga yang terjangkau.
#SinarabantenMelihat: Ketahanan pangan bukan sekadar tentang mencetak angka produksi, melainkan tentang membangun sistem yang berkeadilan bagi petani, nelayan, dan konsumen. Jika tidak ada perubahan fundamental dalam kebijakan, Banten akan terus terjebak dalam jerat kerentanan pangan—sebuah ironi untuk wilayah yang seharusnya makmur.
© 2025 SINARABANTEN – Syiar Narasi Rakyat Banten
Bagikan pandangan Anda tentang masa depan ketahanan pangan Banten dengan tagar #BantenMandiriPangan.