Berita EkonomyBerita HarianBerita LainnyaBerita PilihanKabupaten TanggerangKota CilegonKota SerangKota TanggerangPilihan EditorProvinsi BantenSeputar BantenSorotan UtamaTrending

Opini : Lonjakan Impor Beras dan Ancaman Ketahanan Pangan: Mampukah Indonesia Berdaulat di Sektor Pangan?

Penulis : Shafni Aprilia

Sabtu 12 April 2025 | 18:01

Editor : SinaraBanten.


SINARABANTEN.COM – Ketahanan pangan tidak sekadar menyangkut soal ketersediaan makanan, melainkan juga merupakan cerminan nyata dari kedaulatan sebuah bangsa. Ironisnya, Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris justru masih bergantung besar pada impor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren yang mengkhawatirkan: dalam enam tahun terakhir (2018–2024), impor beras terus meningkat dan melonjak drastis sebesar 47,38% pada tahun 2024, dari 3,06 juta ton menjadi 4,52 juta ton.

Kondisi ini mencerminkan bahwa produksi beras domestik belum mampu mengimbangi kebutuhan lebih dari 270 juta jiwa penduduk Indonesia. Ketergantungan pada pasokan luar negeri pun semakin nyata, dengan lima negara menjadi pemasok utama: Thailand, Vietnam, Myanmar, Pakistan, dan India. Ketergantungan ini membuat Indonesia sangat rentan terhadap fluktuasi harga global dan dinamika geopolitik internasional. Apalagi, ancaman perubahan iklim seperti El Niño dan alih fungsi lahan pertanian akibat pembangunan infrastruktur semakin memperparah situasi.

Peningkatan impor ini menandakan adanya masalah struktural dalam sistem pangan nasional, mulai dari rendahnya produktivitas pertanian hingga distribusi pangan yang timpang antarwilayah. Beberapa daerah mengalami surplus produksi, sementara daerah lain justru menghadapi kelangkaan akibat buruknya infrastruktur distribusi. Selain itu, perubahan iklim dan degradasi lahan produktif menjadi ancaman serius bagi kemandirian pangan.

Untuk keluar dari jerat ketergantungan, Indonesia perlu mengambil langkah konkret. Diversifikasi pangan menjadi salah satu solusi utama, dengan mendorong konsumsi alternatif seperti sagu, singkong, dan umbi-umbian. Investasi dalam teknologi pertanian, pemberdayaan petani, serta penyediaan subsidi dan harga yang adil akan menjadi faktor penting dalam mendorong produktivitas berkelanjutan. Tak kalah penting, pembenahan infrastruktur distribusi dan penyimpanan pangan harus menjadi prioritas demi memastikan akses pangan merata di seluruh daerah.

Ketahanan pangan bukan hanya tugas pemerintah. Kolaborasi antara akademisi, pelaku industri, petani, dan masyarakat menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan sistem pangan nasional yang tangguh dan berkelanjutan. Dengan komitmen yang kuat dan langkah strategis yang konsisten, Indonesia memiliki peluang besar untuk meraih kedaulatan pangan sejati di tengah ancaman global yang kian kompleks.

#SinaraBantenMelihat Jika impor terus dibiarkan, kedaulatan pangan Indonesia semakin rapuh. Namun, masalah ini bukan hanya tanggung jawab pemerintahSwasta harus berinvestasi di riset pangan, petani perlu didukung teknologi, dan masyarakat bisa mulai beralih ke pangan lokal. Kolaborasi semua pihak adalah kunci!

© 2025 SINARABANTEN – Syiar Narasi Rakyat Banten

Baca Juga

Author

error: Konten dilindungi hak cipta ©sinarabanten.com