Opini : Mengapa Kita Tidak Suka Ikan? Dampak Rendahnya Konsumsi Ikan pada Ketahanan Pangan Nasional

Penulis : Ranita Dwi Agustina
Kamis 10 April 2025 | 23:17
Editor : SinaraBanten.
SINARABANTEN.COM – Indonesia, sebagai negara maritim dengan kekayaan laut yang melimpah, tentu memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan pangan melalui sektor perikanan. Namun, konsumsi ikan di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Sebagaimana data dari Dewan Ketahanan Pangan (2009) yang menunjukkan bahwa jumlah konsumsi ikan di Indonesia hanya sekitar 5 gram/kapita/hari. Angka tersebut masih jauh berada di bawah negara Asia lainnya, seperti Malaysia (50 gram/kapita/hari), Jepang (24 gram/kapita/hari), dan Vietnam (22 gram/kapita/hari).
Rendahnya konsumsi ikan di Indonesia ini menjadi tantangan dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional, mengingat ikan merupakan sumber protein hewani yang kaya akan nutrisi, seperti asam lemak omega-3, yang berperan penting dalam kesehatan masyarakat. Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Dan apa dampaknya terhadap ketahanan pangan nasional?
Berbagai faktor yang memengaruhi rendahnya minat konsumsi ikan, antara lain adalah preferensi budaya, aksesibilitas dan distribusi harga, serta kurangnya edukasi. Pada preferensi budaya, secara umum masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai atau akrab dengan sumber protein hewani seperti daging sapi dan ayam, yang lebih mudah didapatkan dan diolah. Kebiasaan ini tercermin dalam hidangan tradisional di berbagai daerah yang sering kali menggunakan daging sapi atau ayam sebagai bahan utama. Selain itu, citra makanan juga memengaruhi preferensi. Beberapa orang mungkin memiliki persepsi negatif terhadap ikan, menganggapnya memiliki bau amis yang kurang sedap atau banyak duri, terutama jika tidak diolah dengan benar. Persepsi ini dapat membuat orang enggan mengonsumsi ikan, meskipun ikan memiliki nilai gizi yang tinggi. Kemudian, distribusi ikan yang tidak merata terutama di daerah pedalaman menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan ikan segar. Harga ikan yang fluktuatif dan terkadang mahal juga menjadi hambatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu, masyarakat kurang memahami kandungan gizi ikan dan manfaatnya bagi kesehatan.
Rendahnya konsumsi ikan ini memiliki dampak serius terhadap ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat Indonesia. Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa ikan merupakan sumber protein hewani yang kaya akan asam lemak omega-3, vitamin, dan mineral. Konsumsi ikan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak, serta mencegah berbagai penyakit. Kekurangan gizi akibat rendahnya konsumsi ikan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti stunting, terutama pada anak-anak. Padahal, Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa potensi ikan di Indonesia mencapai 6,26 juta ton per tahun. Jika potensi ini dimanfaatkan secara optimal, Indonesia tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, tetapi juga menjadi komoditas utama dalam industri perikanan global.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya terletak pada serangkaian langkah strategis yang melibatkan sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat. Pertama, peningkatan aksesibilitas. Pemerintah harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur dan sistem logistik yang efisien untuk memastikan distribusi ikan yang merata hingga ke pelosok negeri. Kedua, stabilisasi harga. Intervensi pemerintah melalui kebijakan subsidi atau program kemitraan dengan nelayan akan membantu menjaga harga ikan tetap terjangkau. Ketiga, edukasi gizi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perlu menggencarkan program Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) untuk meningkatkan kesadaran akan manfaat gizi ikan. Keempat, diversifikasi produk. Industri perikanan ditantang untuk berinovasi menciptakan produk olahan ikan yang menarik dan sesuai dengan selera masyarakat. Dengan langkah-langkah ini, kita tidak hanya meningkatkan konsumsi ikan, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan menegaskan posisi Indonesia sebagai negara maritim yang berdaulat.
#SinarabantenMelihat Di piring makan kita terletak nasib jutaan nelayan dan masa depan generasi penerus. Mengubah kebiasaan makan bukan sekadar urusan selera, tapi langkah revolusioner menuju kemandirian pangan.
© 2025 SINARABANTEN – Syiar Narasi Rakyat Banten
“Laut kita kaya, tapi piring kita miskin ikan. Saatnya ubah paradigma: dari sekadar makan ikan, menjadi cinta ikan.” 🐟❤️