Berita HarianBerita PilihanKota TanggerangSeputar BantenTrending

Opini: Pembangunan menjulang tinggi, lahan sawah hilang

Penulis : Muhammad Dicky Febrian.

Selasa 08 April 2025 | 21:06

Editor : SinaraBanten.


TANGSEL, SINARABANTEN.COM – Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten yang penggerak utama perekonomiannya adalah sektor industri dan jasa. Kota Tangerang Selatan yang berdekatan dengan Jakarta menjadikannya pilihan tempat tinggal strategis bagi para pekerja Jakarta, didukung akses mudah dan fasilitas yang berkembang pesat. Sehingga banyak lahan dibangun menjadi area perumahan, akibatnya banyak lahan hijau yang semakin lama berkurang bahkan tidak ada.

Tangerang Selatan menghadapi ancaman serius dalam hal ketahanan pangan akibat berkurangnya lahan baku sawah (LBS) secara drastis. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019, Tangsel masih memiliki 238 hektare lahan baku sawah. Namun, pada tahun 2023, angka tersebut menyusut 100% menjadi nol hektar. Hal ini menggambarkan bahwa seluruh lahan sawah di Tangsel telah beralih fungsi menjadi area perumahan dan komersial. Akibatnya, ketergantungan akan pasokan beras dari luar daerah tidak dapat dihindari, sehingga ketahanan pangan di Tangsel, khususnya beras, berada dalam situasi yang perlu mendapat perhatian serius.

Sebagai warga Tangsel, saya juga merasakan dampaknya secara langsung, karena banyak lahan hijau atau lahan kosong di Tangsel yang kini telah berubah menjadi kompleks perumahan dan area komersial. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena pesatnya pembangunan dan urbanisasi di hampir seluruh kota membuat lahan pertanian semakin berkurang. Hal ini tidak hanya mengancam ketersediaan pangan lokal, tetapi juga menurunkan daya dukung lingkungan. Masalah ini harus segera diatasi agar ketahanan pangan tetap terjaga. Meski begitu, masih ada harapan untuk ketahanan pangan terus terjaga dan berkembang lebih baik, yaitu dengan urban farming atau pertanian perkotaan.

Kota Tangsel memiliki potensi untuk menjaga ketahanan pangan dengan memanfaatkan konsep urban farming atau yang juga dikenal dengan Rumah Pangan Lestari (RPL). Melalui RPL, setiap rumah tangga dapat menanam bahan pangan secara mandiri di lahan yang tidak terlalu luas, seperti pekarangan rumah, halaman rumah, atau di atap bangunan. Pertanian perkotaan tidak hanya meningkatkan kemandirian pangan, tetapi juga mendukung kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan lahan yang terbatas secara produktif. Selain itu, komoditas pangan lokal lainnya, seperti sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah, juga dapat dikembangkan melalui metode ini. Untuk mewujudkan hal tersebut, dukungan pemerintah dan kesadaran masyarakat harus berjalan beriringan.

Pemerintah Kota Tangsel dapat menyediakan fasilitas untuk setiap RW di Kecamatan Tangerang Selatan dan pelatihan bagi warga mengenai teknik pertanian perkotaan, seperti hidroponik dan vertikultur. Warga Tangsel pun juga harus sadar akan ketahanan pangan Tangsel yang dapat berkurang. Insentif bagi warga yang menerapkan RPL juga bisa menjadi pendorong kuat. Dengan kerja sama dan kesadaran bersama, kita bisa menjaga ketahanan pangan Tangsel dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

#SinarabantenMelihat : Di balik gedung-gedung menjulang dan pusat perbelanjaan megah, tersimpan pertaruhan besar: apakah Tangsel akan menjadi kota yang hanya mengandalkan pasokan pangan dari luar, atau mampu bangkit dengan inovasi pertanian perkotaan? Jawabannya ada pada kolaborasi pemerintah dan masyarakat.

© 2025 SINARABANTEN – Syiar Narasi Rakyat Banten.

Baca Juga

Author

error: Konten dilindungi hak cipta ©sinarabanten.com